Pada awalnya, para alkemis menuliskan  zat-zat yang digunakannya
dalam  laboratoriumnya  dengan  menggunakan  lambang-lambang  yang  tidak diketahui  orang. lambang-lambang
 ini sering dicampur 
bumbu mistis agar tidak mudah untuk dipahami  orang lain.
Dapat dibayangkan,  begitu
banyak   lambang 
 yang diciptakan   setiap  alkemis,   bahkan 
 untuk
 satu macam  zat dapat  memiliki  beberapa  lambang  sesuai
 dengan
 kehendak pemakainya.
Revolusi pada ilmu kimia
menyebabkan pergeseran pada cara penulisan lambang unsur  yang
membingungkan  ini.
Kimiawan mulai menuliskan zat dengan  lambang  yang sama. Lambang-lambang
 kimia zat terdiri dari bulatan
dengan ilustrasi yang berbeda.
Berzelius,
 menganggap
 hal ini tidak berguna  dan membingungkan.
Dia menyarankan untuk membuat singkatan nama yang lebih mudah dilakukan dan dimengerti untuk menuliskan lambang
kimia daripada harus menggambarnya.
Dia
mengusulkan bahwa lambang kimia haruslah menunjukkan proporsi kimia penyusunnya,  dan dapat dengan
mudah, tanpa perlu banyak penjelasan  menunjukkan  jumlah
 volume  relative  dari  setiap  komponen suatu senyawa. Penentuan jumlah atau angka ini dilakukan dengan men- ghitung berat volume unsur
. Dengan demikian lambang kimia akan   memudahkan kimiawan untuk mengekspresikan hasil analisis semudah mengingat rumus aljabar pada filosofi mekanik.
Berdasarkan
pemikiran ini, Selain mengusulkan cara penulisan lambang unsur  berdasarkan singkatan nama, Berzelius juga
mengusulkan
lambang kimia senyawa (sekarang
dikenal sebagai rumus molekul). Misalnya, oxidum cuprosum (protoxide of
copper sekarang disebut tembaga (II) oksida)
 tersusun  atas  satu  volume
 (bagian)
 oksigen
 dan
 satu
 bagian logamnya,   maka  lambangnya   adalah
 Cu+O.
 air
 terdiri
 dari  2  volume
(bagian) H dan satu bagian O maka rumusnya adalah 2H+O. dengan cara yang
sama Berzelius  menuliskan  asam sulfat sebagai
 S + 3O dan asam karbonat sebagai C+2O
Bagaimana dengan
senyawa-senyawa yang lain?
Senyawa yang dianggap sebagai gabungan dari senyawa lain
dapat
digabungkan menjadi satu lambang dengan menghilangkan  tanda + pada setiap
 senyawa   dan  menempatkan   angka  yang  menunjukkan   jumlah
diatas hurufnya,
 misalnya,
 CuO + SO3  = tembaga  sulfat, CuO2  + 2SO3   = temabga persulfate. Pada senyawa yang merupakan gabungan
yang lebih besar dapat dilakukan dengan menggunakan
tanda kurung seperti cara aljabar.  Misalnya,  alum
tersusun  atas
3 volume  alumina
 sulfat dan satu volum
 kalium
 sulfat,
 maka  lambangnya  adalah  3(AlO2   + 2SO3)  + (Po2   + 2SO3).  Pada senyawa  organic,
 nampaknya
 aturan
 ini masih 
sukar  untuk digunakan,  contoh yang dapat diberikan  Berzelius 
adalah ammonia 
yang dituliskan sebagai 6H + N + O atau H6NO (bandingkan dengan NH4OH!).
Penulisan yang diusulkan oleh berzelius
dapat dengan mudah diteriima  oleh  kimiawan.  Akan  tetapi,
 penggunaan
 tanda
 +  dan  superscript
(huruf diatas) dianggap 
lebih sukar
dan membingungkan.  Perkembangan penelitian  akhirnya  memutuskan  penulisan  angka 
sebagai  indeks
(subskrip) lebih mudah dimengerti.
Berdasarkan consensus ini air tidak dituliskan sebagai 2H+O atau H2O tetapi H2O sampai sekarang.
 







 
0 komentar:
Posting Komentar