Sejenis burung (Zosterops l.
lateralis) yang biasa bermigrasi antara Tasmania dan Australia, tampaknya
menggunakan cahaya matahari dan kemagnetan bumi untu menemukan arah utara. Di
dalam mata ada rhodopsin, yang merupakan molekul kunci untuk melihat. Rhodopsin
tidak peka terhadap warna merah, sehingga burung tersebut memanfaatkan warna
lain untuk berorientasi. Batas kepekaan rhodopsin dilukiskan pada diagram
dibawah ini. Akan tetapi letak maksimum kepekaannya di sekitar 500 nm,
rhodopsin tidak dapat memberikan kesan tentang warna.
Kalau rhodopsin terkena cahaya, maka ada sejumlah molekul lain yang ikut berpartisipasi dalam rangkaian yang ditimbulkan. Ada molekul yang baru berpartisipasi dalam rangkaian reaksi itu jika arahnya sesuai dengan medan magnet bumi. Maka burung dapat mengarahkan matanya sampai menemukan kecerahan matahari.
Rhodopsin
merupakanprotein bersifat pigmen dalam sel berbentuk batang. Rhodopsin
terbentuk dari cis – retinena (suatu aldehida dai vitamin A1, C20H28O)
dan suatu opsin bermassa molekul relatif sekitar 40.000. satu foton cahaya
dapat mengubah satu isomer cis itu menjadi isomer trans, yang akan kembali
menjadi cis jika cahaya tidak ada lagi/gelap. Jadi kepekaan (yaitu kebalikan
dari itensitas picu reaksi oleh cahaya) mata cukup linear. Akan tetapi jumlah
foton terlalu banyak, rhodopsin tidak dapat berfungsi lagi, dan mata menjadi
buta sesaat. Jika kemudian konsentrasi foton susut, dibutuhkan sekitar 30 menit
untuk mencapai kembali kepekaan tersebut diatas, karena trans memerlukan waktu
untuk menjadi cis kembali, dan difusi isomer cis baru dari darahpun memerlukan
waktu.
0 komentar:
Posting Komentar