Bahan -Bahan Pencemar
dari Gas Buang yang Mengganggu Saluran Pernafasan
Organ pernafasan merupakan bagian yang diperkirakan paling banyak
mendapatkanpengaruh karena yang pertama berhubungan dengan bahan pencemar
udara. Sejumlah senyawa spesifik yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor
seperti oksida -oksida sulfur dan nitrogen, partikulat dan senyawa-senyawa
oksidan, dapat menyebabkan iritasi dan radang pada saluran pernafasan. Walaupun
kadar oksida sulfur di dalam gas buang kendaraan bermotor dengan bahan bakar
bensin relatif kecil, tetapi tetap berperan karena jumlah kendaraan bermotor
dengan bahan bakar solar makin meningkat. Selain itu menurut studi
epidemniologi, oksida sulfur bersama dengan partikulat bersifat sinergetik
sehingga dapat lebih meningkatkan bahaya terhadap kesehatan.
Oksida sulfur dan
partikulat
Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas buang yang larut
dalam air yang langsung dapat terabsorbsi di dalam hidung dan sebagian besar
saluran ke paru-paru. Karena partikulat di dalam gas buang kendaraan bermotor
berukuran kecil, partikulat tersebut dapat masuk sampai ke dalam alveoli
paru-paru dan bagian lain yang sempit.
Partikulat gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri jelaga
(hidrokarbon yang tidak terbakar) dan senyawa anorganik (senyawa-senyawa logam,
nitrat dan sulfat).
Sulfur dioksida di atmosfer dapat berubah menjadi kabut asam
sulfat (H2SO4) dan partikulat sulfat. Sifat iritasi
terhadap saluran pernafasan, menyebabkan SO2 dan partikulat dapat
membengkaknya membran mukosa dan pembentukan mukosa dapat meningkatnya hambatan
aliran udara pada saluran pernafasan. Kondisi ini akan menjadi lebih parah bagi
kelompok yang peka, seperti penderita penyakit jantung atau paru-paru dan para
lanjut usia.
Oksida Nitrogen
Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada di udara,
nitrogen dioksida (NO2) merupakan gas yang paling beracun. Karena
larutan NO2 dalam air yang lebih rendah dibandingkan dengan SO2,
maka NO2 akan dapat menembus ke dalam saluran pernafasan lebih
dalam. Bagian dari saluran yang pertama kali dipengaruhi adalah membran mukosa dan jaringan
paru. Organ lain yang dapat dicapai oleh NO2 dari paru adalah
melalui aliran darah.
Karena data epidemilogi tentang resiko pengaruh NO2 terhadap
kesehatan manusia sampai saat ini belum lengkap, maka evaluasinya banyak
didasarkan pad hasil studi eksprimental. Berdasarkan studi menggunakan binatang
percobaan, pengaruh yang membahayakan seperti misalnya meningkatnya kepekaan
terhadap radang saluran pernafasan, dapat terjadi setelah mendapat keracunan
sebesar 100 µg/m3 . Percobaan pada ma nusia menyatakan bahwa kadar NO2 sebsar
250 µg/m3 dan 500 µg/m3 dapat mengganggu fungsi saluran pernafasan pada
penderita asma dan orang sehat.
Ozon dan oksida
lainnya
Karena ozon lebih rendah lagi larutannya dibandingkan SO2 maupun
NO2, maka hampir semua ozon dapat menembus sampai alveoli. Ozon
merupakan senyawa oksidan yang paling kuat dibandingkan NO2 dan
bereaksi kuat dengan jaringan tubuh.
Evaluasi tentang dampak ozon dan oksidan lainnya terhadap kesehatan
yang dilakukan oleh WHO task group menyatakan
pemajanan oksidan fotokimia pada kadar 200-500 µg/m³ dalam waktu singkat dapat
merusak fungsi paru -paru anak, meningkat frekwensi serangan asma dan iritasi
mata, serta menurunkan kinerja para olaragawan.
Bahan-bahan pencemar
dari gas buang yang menimbulkan pengaruh racun sistemik
Banyak senyawa kimia dalam gas buang kendaraan bermotor yang dapat
menimbulkan pengaruh sistemik karena setelah diabsorbsi oleh paru, bahan
pencemar tersebut dibawa oleh aliran darah atau cairan getah bening ke bagian
tubuh lainnya, sehingga dapat membahayakan setiap organ di dalam tubuh.
Senyawa-senyawa yang masuk ke dalam hidung dan ada dalam mukosa bronkial juga
dapat terbawa oleh darah atau tertelan masuk tenggorokan dan diabsorbsi masuk
ke saluran pencernaan.
Selain itu ada pula pemaja nan yang tidak langsung, misalnya
melalui makanan, seperti timah hitam. Diantara senyawa-senyawa yang terkandung
di dalam gas kendaraan bermotor yang dapat menimbulakan pengaruh sistemik, yang
paling penting adalah karbon monoksida dan Timbal.
Karbon Monoksida
Karbon monoksida dapat terikat dengan haemoglobin darah lebih kuat
dibandingkan dari oksigen membentuk karboksihaemoglobin (COHb), sehingga menyebabkan terhambatnya
pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Keracunan CO diketahui dapat mempengaruhi
kerja jantung (sistem kardiovaskuler), sistem syaraf pusat, juga janin, dan
semua organ tubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen.
Pengaruh CO terhadap sistem kardiovaskuler cukup nyata teramati
walaupun dalam kadar rendah. Penderita penyakit jantung dan penyakit paru
merupakan kelompok yang paling peka terhadap keracunan CO. Studi eksperimen
terhadap pasien jantung dan
penyakit pasien paru, menemukan adanya hambatan pasokan oksigen ke
jantung selama melakukan latihan gerak badan pada kadar COHb yang cukup rendah
2,7 %.
Pengaruh keracunan CO kadar rendah pada sistem syaraf dipelajari
dengan suatu uji psikologi. Walaupun diakui interpretasi dari hasil uji seperti
ini sulit ditemukan bahwa kadar COHb 16 % dianggap membahayakan kesehatan.
Pengaruh bahaya ini tidak ditemukan pada kadar COHb sebesar 5%.
Pengaruh terhadap janin pada prinsipnya adalah karena keracunan CO
pada kadar tinggi dapat menyebabkan kurangnya pasokan oksigen pada ibu hamil
yang konsekuennya akan menurunkan tekanan oksigen di dalam plasenta dan juga
pada janin dan darah.
Hal ini dapat menyebabkan kelahiran prematur atau bayi lahir
dengan berat badan rendah dibandingkan normal.
Menurut evaluasi WHO, kelompok penduduk yang peka (penderita penyakit
jantung atau paru-paru) tidak boleh terpajan oleh CO dengan ka dar yang dapat
membentuk COHb di atas 2,5%. Kondisi ini ekivalen dengan keracunan oleh CO
dengan kadar sebesar 35 mg/m3 selama 1 jam, dan 20 mg/mg selama 8 jam. Oleh
karena itu, untuk menghindari tercapainya kadar COHb 2,5-3,0 % WHO menyarankan
keracunan CO tidak boleh melampaui 25 ppm (29 mg/m3) untuk waktu 1 jam dan 10
ppm (11,5 mg/mg3) untuk waktu 8 jam.
Timbal
Timbal ditambahkan sebagai bahan aditif pada bensin dalam bentuk
Timbal organik (tetraetil-Pb atau tetrametil-Pb). Pada pembakaran bensin,
Timbal organik ini berubah bentuk menjadi Timbal anorganik. Timbal yang
dikeluarkan sebagai gas uang kendaraan bermotor merupakan partikel-partikel
yang berukuran sekitar 0,01 µm. Partikel-partikel Timbal ini akan bergabung
satu sama lain membentuk ukuran yang lebih besar, dan keluar sebagai gas buang
atau mengendap pada kenalpot.
Pengaruh Pb pada kesehatan yang terutama adalah pada sintesa
haemoglobin dan sistem pada syaraf pusat maupun syaraf tepi. Pengaruh pada
sistem pembentukkan Hb darah yang dapat menyebabkan anemia, ditemukan pada
kadar Pb-darah kelompok
dewasa 60-80µg/100 ml dan kelompok anak > 40 µg/100 ml. Pada
kadar Pb-darah kelompok dewasa sekitar 40 µg/100 ml diamati telah ada gangguan
terhadap sintesa Hb, seperti meningkatnya ekskresi asam aminolevulinat (ALA).
Pengaruh pada enzim §-ALAD dapat diamati pada kadar Pb-darah sekitar 10µg/100
ml. Akumulasi protoporfirin dalam
eritrosit (FEP)
yang merupakan akibat dari terhambatnya aktivitas enzim ferrochelatase ,
dapat terlihat pada wanita edngan kadar Pb-darah 20- 30 µg/100 ml, pada pria
dengan kadar 25-35 µg/100 ml, dan pada anak dengan kadar > 15 µg/100 ml.
Pengaruh Pb terhadap hambatan aktivitas enzim ALAD tidak menyatakan adanya keracunan
yang membahayakan, tetapi dapat menunjukkan adanya keracunan Pb terha dap
tubuh. Meningkatnya ekskresi ALA dan akumulasi FEP adalam urin mencerminkan
adanya kerusakan fungsi fisiologi yang pada akhirnya dapat merusak fungsi metokhondrial.
Pengaruh pada syaraf otak anak diamati pada kadar 60µg/100 ml,
yang dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan mental anak. Penelitian pada
pengaruh Pb yang dikaitkan IQ anak telah banyak dilakukan tetapi hasilnya belum
konsisten. Sistem syaraf pusat anak lebih peka dibandingkan dengan orang
dewasa. Gangguan terhadap fungsi syaraf orang dewasa berdasarkan uji psikologi
diamati pada kadar Pb-darah 50 µg/100 ml. Sedangkan gangguan sistem syaraf tepi
diamati pada kadar Pb-darah 30 µg/100 ml.
Timbal dapat menembus plasenta, dan karena perkembangan otak yang
khususnya peka terhadap logam ini, maka janinlah yang terutama mendapat resiko.
Bahan-Bahan
Pencemar yang Dicurigai Menimbulkan Kanker
Pembakaran didalam mesin menghasilkan berbagai bahan pencemar
dalam bentuk gas dan partikulat yang umumnya berukuran lebih kecil dari 2µm.
Beberapa dari bahan-bahan pencemar ini merupakan senyawa-senyawa yang bersifat
karsinogenik dan mutagenik, seperti etilen, formaldehid, benzena, metil nitrit dan hidrokarbon poliaromatik (PAH).
Mesin solar akan menghasilkan partikulat dan senyawa-senyawa yang dapat terikat
dalam partikulat seperti PAH, 10 kali lebih besar dibandingkan dengan mesin
bensin yang mengandung Timbal. Untuk beberapa senyawa lain seperti benzena, etilen, formaldehid, benzo(a)pyrene
dan metil nitrit , kadar di dalam emisi mesin bensin akan sama bes arnya dengan
mesin solar.
Emisi kendaraan bermotor yang mengandung senyawa karsinogenik
diperkirakan dapat menimbulkan tumor pada organ lain selain paru. Akan tetapi
untuk membuktikan apakah pembentukan tumor tersebut hanya diakibatkan karena
asap solar atau gas lain yang bersifat sebagai iritan. Dalam banyak kasus,
analisis risiko dibuat berdasarkan hasil studi epidemiologi.
Apabila analisis-analisis tersebut cukup lengkap dan dapat
mengendalikan berbagai faktor pengganggu (confounding) seperti misalnya ke
biasaan merokok, maka kesimpulan yang ditarik dapat sangat berharga, tanpa
peduli apakah hasil studi pada umumnya hasil studi seperti itu jarang
didapatkan.
Mengesampingkan pengaruh yang langka akibat pencemaran, seperti
penyakit tumor dan kangker semata-mata berdasarkan hasil studi epidemiologi
yang negatif, sebenarnya kurang tepat. Pada studi yang melibatkan populasi
kecil (misalnya 1000 orang) terasa wajar apabila hasil studi tentang sejenis
tumor yang hanya terjadi pada beberapa kasus per 100.000 orang, menjadi
negatif. Kesulitan menjadi lebih besar apabila pengaruh yang dicari tersebut
dapat timbul karena hal lain, dapat diperkirakan bahwa persentase peningkatan
dalam prevalensi akan sangat kecil.
Hal yang sama ditemukan pada studi eksperimental. Di dalam studi
eksperimental, adanya hubungan antara dosis dan respons untuk dosis rendah
sangat sulit untuk dibuktikan, karena kecilnya jumlah orang yang dapat
diteliti. Pengaruh jangka panjang bisa dilaksanakan pada binatang percobaan,
tetapi lagi-lagi di dalam mengekstrapolasikan penemuan tersebut untuk manusia
sering tidak pasti. Hal yang sering ditemui dalam studi eksperimental seperti
ini adalah kesulitan untuk mensimulasikan kondisi keracunan yang sebenarnya.
Karena itu maka evaluasi secara ilmiah tentang da mpak dari suatu
pencemaran terhadap kesehatan, apabila mungkin, harus didasarkan pada sifat
kimiawi dari tiap senyawa, metabolismenya dan sifat umum lainnya, di samping
yang juga ditemukan dalam studi epidemiologi dan eksperimental.
Dampak terhadap
lingkungan
Tidak semua senyawa yang terkandung di dalam gas buang kendaraan
bermotor diketahui dampaknya terhadap lingkungan selain manusia. Beberapa
senyawa yang dihasilkan dari pembakaran sempurna seperti CO2 yang
tidak beracun, belakangan ini menjadi perhatia n orang. Senyawa CO2 sebenarnya
merupakan komponen yang secara alamiah banyak terdapat di udara. Oleh karena
itu CO2 dahulunya tidak menepati urutan pencemaran udara yang menjadi
perhatian lebih dari normalnya akibat penggunaan bahan bakar yang berlebihan
setiap tahunnya. Pengaruh CO2 disebut efek rumah kaca
dimana CO2 diatmosfer dapat menyerap energi panas dan menghalangijalanya energi
panas tersebut dari atmosfer ke permukaan yang lebih tinggi. Keadaan ini
menyebabkan meningkatnya suhu rata -rata di permukaan bumi dan dapat
mengakibatkan meningginya permukaan air laut akibat melelehnya gunung-gunung
es, yang pada akhirnya akan mengubah berbagai sirklus alamiah.
Pengaruh pencemaran SO2 terhadap
lingkungan telah banyak diketahui. Pada tumbuhan, daun adalah bagian yang
paling peka terhadap pencemaran SO2 ,
dimana akan terdapat bercak atau noda putih atau coklat merah pada permukaan
daun. Dalam beberapa hal, kerusakan pada tumbuhan dan bangunan disebabkan
karena SO2 dan SO3 di udara, yang masing-masing membentuk asam sulfit dan asam
sulfat. Suspensi asam di udara ini dapat terbawa turun ke tanah bersama air
hujan dan mengakibatkan air hujan bersifat asam. Sifat asam dari air hujan ini
dapat menyebabkan korosif pada logam-logam dan rangka -rangka bangunan, merusak
bahan pakian dan tumbuhan.
Oksida nitrogen, NO dan NO2 berasal
dari pembakaran bahan bakar fosil. Pengaruh NO yang utama terhadap lingkungan
adalah dalam pembentukan smog. NO
dan NO 2 dapat memudarkan warna dari serat-serat rayon dan menyebabkan
warna bahan putih menjadi kekuning-kuningan. Kadar NO2 sebesar
25 ppm yang pada umumnya dihasilkan adari emisi industri kimia, dapat
menyebabkan kerusakan pada banayak jenis tanaman. Kerusakan daun sebanyak 5 %
dari luasnya dapat terjadi pada pemajanan dengan kadar 4-8 ppm untuk 1 jam
pemajanan. Tergantung dari jenis tanaman, umur tanaman dan lamanya pemajanan,
kerusakan terjadi dapat bervariasi.
Kadar NO2 sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8 bualan terus
menerus, dapat menyebabkan rontoknya daun berbagai je nis tanaman.
0 komentar:
Posting Komentar